Minggu, 24 Juni 2012

Sosialisasi Politik Soekarno: Sebuah Tinjauan Idiosinkratik


-->

Sosialisasi Politik Soekarno: Sebuah Tinjauan Idiosinkratik

Oleh : Adi Satyadi Nagara1
Jangan memikirkan apa yang negara berikan untukmu, tetapi pikirkan apa yang kamu berikan bagi negara” (John F. Kennedy)
Siap tidak kenal dengan sosok Soekarno, seorang yang paling tersohor di Indonesia. Betapa tidak, beliau merupakan seorang tokoh berpengaruh pada masa perjuangan kemerdekaan pada era 1945 hingga era 1960. Sayang, mungkin sebagian besar diantara kita ,masih belum tahu betul tentang asal-usul Soekarno. Beliau dilahirkan di sebuah kota kecil yang terletak di Jawa Timur, yaitu Blitar, pada 6 Juni 1901. Ayahnya merupakan seorang bangsawan Jawa kelas priyayi yang bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo dan ibunya merupakan seorang keturunan kasta Brahmana dari Bali, yang bernama Ida Nyoman Rai. Ketika Soekarno berusia empat-lima tahun, dia pindah dari tempat kelahirannya meniju kota Tulung Agung (Kediri) yang merupakan kediaman kakeknya. Kakek Soekarno merupakan sosok yang fanatik terhadap mitologi klasik Jawa melalui tokoh-tokoh pewayangan. Soekarno kecil sering diajak oleh kakeknya pada pertunjukkan wayang. Mulai saat itu, internalisasi tokoh-tokoh wayang jawa menjadi melekat dalam benak seorang Soekarno, seseorang yang berpengaruh pada bangsa Indonesia kelak.
Salah satu tokoh wayang yang dikagumi oleh Soekarno adalah Bima. Maka tidak begitu salah ketika seorang ilmuwan barat yang bernama Bernhard Dham mangatakan “tidak ada jalan lain yang lebih baik untuk memahami Soekarno kecuali melalui Bima”(Bernhard Dham,1969:25). Bima merupakan tokoh pejuang sejati membela Pandawa, sosok pejuang suci, pemberani, tidak kenal kompromi dengan lawan-lawannya, da juga selalu siap bermufakat terhadap mereka yang segolongan dengannya. Nilai-nilai itulah yang dimaksud oleh Dham terinternaisasikan dalam karakter seorang Soekarno.
Dari cerita-cerita ini pula, Soekarno menyerap gagasan-gagasan mistikal Jawa tentang Ratu Adil dan Jayabaya. Gagasan pembaruan ini timbul akibat adanya suatu tatanan yang terdiatorsi serta diabaikannya pesan-pesan moral pada masyarakat. Dalam keadaan yang sedemikian parahnya, Ratu Adil kemudian tampil sebagai sosok yang dapat memulihkan kembali tata tertib yang tradisional. Ramalan Jayabaya mengatakan bahwa kedatangan Ratu Adil akan membawa jaman keemasan dimana semua pertarungan dan ketidakadilan akan lenyap dan musnah. Rakyat tidak lagi akan mengalami penderitaan dan sehal kebutuhan akan terpenuhi dengan mudah (Sartono Kartodirjo,1977 :54). Dari nilai-nilai mitologi itulah, Soekarno mengenal ideologi pembebasan, konsep-konsep keadilan dan ketidakadilan, serta hubungan penguasa dengan rakyatnya.
Pendidikan sekolah formal Soekarno bertempat di Tulung Agung, yaitu Europeesche Largere Scholl (ELS) pada tahun 1914. Setelah lulus, kemudian dia melanjutkan ke Hogere Burger School (HBS) pada tahun 1915 dan lulus pada Juni 1921 (Solichin Salam, 1981:24). Masa-masa menempuh sekolah itulah yang membuat kesadarannya tentang keburukan diskriminasi sistem pendidikan kolonial tumbuh. Bagaimana rakyat-rakyat pribumi begitu dibedakan dengan anak-anak pejabat Belanda dan juga golongan bangsawan, mulai dari akses pendidikan serta kualitas pendidikan yang memprihatinkan.
Soekarno sudah mulai bergerak dalam aktifitas politik dengan bergabungnya beliau dengan Trikoro Darmo, yang artinya tiga tujuan suci yaitu kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial. Ketertarikannya pada kegiatan politik semakin kuat dengan mondok dan diasuhnya Soekarno dirumah tokoh Sarekat Islam, HOS Tjokroaminoto. Disinilah pandangan politik ideologi Soekarno berkembang dengan berkenalan dengan tokoh-tokoh yang kemudian memberikan banyak sumbangan bagi kesadaran politiknya, seperti Agus Salim, Soewardi Soerjoningrat, Ki Hadjar Dewantoro (John Legee;1985:64). Selain itu, beliau juga pernah bertemu dengan Hendrik Sneevlit, dan Alimin,yang dilkuskan Soekarno sebagai seseorang yang memperkenalkannya dengan Marxisme.
Kegandrungan Soekarno dalam membaca literatur-literatur serta sumber-sumber bacaan, juga menjadi bahan pengayaan pemikirannya. Dalam kegiatan memperdalam pemikirannya, Soekarno banyak terinspirasi dengan literatur-literatur Barat seperti Karl Marx, Frederichs Engels, Lenin, J.J Rosseau, dan juga Voltaire. Semua tokoh-tokoh tersebut merupakan tokoh revolusioner yang mampu mengubah bangsanya. Hal inilah yang menjadikan Soekarno lebih cenderung revolusioner dalam garis perjuangannya. Setamatnya di HIS Surabaya pada tahun 1921, Soekarno melanjutkan sekolahnya di Technische Hoge School (THS;Sekarang ITB) yang baru dibuka pad tahun 1920. Masa belajarnya di THS membuatnya semakinkuat dalam hal pemikiran-pemikiran politik dengan membaca buku-buku tentang nasionalisme, Marxisme, sosialisme, dan internasionalisme.
Pada era-era berikutnya, merupakan sebuah era perjuangan bagi Soekarno untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan kolonialis Belanda. Ternyata pemikiran dan pandangan politik Soekarno memang merupakan suatu yang telah mengkristal, yang menimbulkan kesadaran beliau akan diskriminasi dan penderitaan yang diderita bangsa Indonesia. Hal in pula yang menjadi dasar perjuangan ideologinya, yang revolusioner, sehingga menjadi seorang tokoh yang berpengaruh pada jaman pasca kemerdekaan tahun 1945. Sebuah biografi singkat yang menarik untuk dikaji, bagi semua orang, tua muda, besar-kecil, bahkan kaya-miskin. Karena, hal ini memberikan kita gambaran betapa seorang pemimpin itu lahir tidak hanya karen momentum yang tepat untuk diraih, tetapi juga adanya pengaruh idiosinkratik yang sedikit banyaknya menentukan arah perjuangan dan juga pemikiran seseorang dalam melihat suatu fenomena dan juga kesenjangan yang ada. Itulah makna “Perjuangan Tanpa Batas!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar